Jumat, 09 Desember 2011

(katanya) Harus Hemat Energi

    


    Beberapa hari belakangan di televisi tengah marak iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh salah satu kementerian di negeri ini mengenai Hemat Energi. Kita, rakyat Indonesia dihimbau untuk melakukan penghematan energi. Menggunakan listrik seperlunya, mengurangi pemakaian listrik pada jam-jam tertentu. Ada juga iklan tentang penggunaan BBM Bersubsidi hanya untuk masyarakat kurang mampu.
    Menurutku, aku sudak cukup berkontribusi dalam gerakan Hemat Energi ini. Di kamar kosan, aku punya rice cooker, water heater, egg boiler, kompor listrik dan juicer yang hanya difungsikan pada bulan puasa saja. Mungkin juga ada faktor kemalasan didalamnya. Tapi anggap saja ini salah satu bentuk penghematan energi.
lampu di kamar depan dan di dapur hanya aku nyalakan ketika hendak mengambil air minum di kulkas pada malam hari. Hanya kulkas inilah satu-satunya peralatan yang aku nyalakan selama 24 jam. 
    Aku bahkan tidak punya water dispenser. Air minum yang aku konsumsi sehari-hari berupa air mineral dalam kemasan gelas atau botol ukuran 1 liter. Aku juga sangat jarang makan di kosan. Biasanya sepulang dari kantor aku singgah di warung langganan. See, aku bahkan hemat air karena tidak perlu mencuci piring dan gelas.
    Untuk urusan mencuci baju aku serahkan ke laundry langganan. Kecuali untuk underwear dan sejenisnya, aku harus cuci sendiri dengan mini washing machine yang tidak memerlukan banyak daya listrik. Berangkat ke kantor yang jaraknya hanya sekitar 700 meter dari kosan aku cukup menggunakan jasa daeng becak. Tidak memerlukan BBM Bersubsidi. Hemat bukan??
    Nah, sekarang mari kita lihat seberapa hemat energi-kah para bapak/ibu yang mengendarai kendaraan ber-plat merah. Di kawasan sekitar kantorku, banyak rumah yang memiliki kendaraan plat merah. Dalam satu rumah saja, minimal memiliki dua buah AC yang bisa dipastikan dalam posisi off hanya jika pemilik rumah sedang tidak berada ditempat. Jika pemilik rumah berangkat ke kantor pukul 7 pagi & pulang pukul 4 sore. Berarti AC-nya dalam posisi on selama kurang lebih 14-15 jam/hari. Belum lagi pemakaian lampu yang berlebihan. Di teras depan dan di taman, minimal ada dua buah lampu yang menyala sejak pukul 6 sore s.d pukul 6 pagi. Tidak usahlah kita bahas mengenai Televisi, Radio, Dispenser, Kulkas, & sebagainya. Kita sudah bisa menebak berapa pemakaian listriknya per bulan yang konon kabarnya dibiayai oleh negara. 
Untuk penggunaan BBM, kendaraan ber-plat merah pun masih menggunakan BBM bersubsidi. Yang bisa aku simpulkan : kendaraan ber-plat merah adalah milik orang tidak mampu karena sesuai semboyannya "BBM bersubsidi hanya bagi masyarakat tidak mampu". 
Pertanyaannya sekarang, siapa yang mensubsidi siapa? Karena untuk ukuran anak kosan, aku mampu menghemat energi. Sementara bapak/ibu yang mengendarai kendaraan ber-plat merah belum mampu menghemat energi. 
Jangan-jangan selama ini, bukan pemerintah yang mensubsidi rakyatnya. Tapi rakyat lah yang mensubsidi pemerintahnya!!!! 

Kamis, 01 Desember 2011

Cita-Cita Tak Setinggi Langit







Aku sudah lupa, waktu kecil dulu pernah bercita-cita menjadi apa. Jangan-jangan dulu aku tidak punya cita-cita... Hehehehe...
Cita-cita normatif seorang anak kecil hanya berkisar pada beberapa profesi saja, yaitu Dokter, Pilot, Guru, Arsitek, Artis/Foto Model/Penyanyi. Aku belum pernah mendengar seorang anak kecil ingin menjadi Karyawan Perusahaan Asuransi. Mungkin terlalu ribet bagi mereka. Jadi cukuplah dengan cita-cita yang dicekoki oleh orang tua mereka.
Aku tidak pernah memilih sebuah profesi tertentu untuk menjadi cita-citaku. Yang aku tahu, aku ingin menjadi orang yang sukses, bisa membahagiakan diriku, orang tuaku dan orang-orang disekelilingku.
Pilihan masuk fakultas aku putuskan hanya karena intuisi ku mengatakan bahwa aku harus memilih fakultas tersebut. Ketika memasukkan lamaran pekerjaan ke tempatku bekerja sekarang pun hanya karena rasa solidaritas diantara teman-teman yang ketika itu telah terlebih dahulu memasukkan lamaran. Atas kemurahan ALLAH SWT, diantara teman-teman yang lain hanya aku dan salah seorang teman yang lulus dan diterima bekerja.
Mungkin bagi orang lain, tidak punya cita-cita berarti tidak punya tujuan hidup. Tapi, heyy.. bukan kah tujuan hidup kita yang sebenarnya adalah ingin hidup bahagia dunia dan akhirat?? Yang membedakannya hanyalah cara kita mencapai kebahagiaan tersebut. Ini lah yang bagiku sebagai sebuah cita-cita...*Apologi I*
Menurutku, cita-cita bisa saja berubah seiring perjalanan hidup yang kita lalui. Hari ini mungkin aku bercita-cita menjadi "A", ditengah perjalanan ternyata banyak hal yang dalam pertimbanganku tidak sesuai maka cita-cita aku ubah menjadi "B". Selama tujuan akhir bisa tercapai, no problemos! *Apologi II*
Dengan posisiku saat ini di tempat kerja, dengan berbagai upaya yang aku lakukan untuk mengembangkan kompetensi diri sesuai dengan bidang tugas, aku mempunyai cita-cita menjadi seorang Ahli Asuransi Kesehatan. Aku ingin ketika orang-orang berbicara mengenai Asuransi Kesehatan, mereka akan mengingat aku sebagai "sang spesialis". Mungkin cita-citaku ini tak setinggi langit, tapi setidaknya aku bahagia ketika memikirkannya. Dan lazimnya, indikator seseorang dikatakan bahagia adalah ketika dia tersenyum. 



Untukmu, Laki-laki yang atas se-izin Allah akan menjadi imam-ku...


Untukmu,
Laki-laki yang atas se-izin Allah akan menjadi imam-ku...
Tak banyak yang ku pinta padamu.
Hanya permohonan sederhana, untuk menempatkan ku ditempat terhormat dalam keluarga kita kelak.
Menghargai diriku, dan seluruh perasaanku yang kelak akan ku berikan sepenuhnya kepadamu.
Jadilah ayah yang baik bagi anak-anak ku. Ayah yang kelak anak-anak ku tak malu menyebut namanya.

Manusia Batu

Dulu tak pernah terlintas di pikiranku ada manusia seperti batu. Batu itu keras, untuk membuatnya berlubang atau berongga butuh ratusan atau ribuan tahun bagi air untuk menetesinya. Batu itu tidak bisa berpindah dengan sendirinya, butuh kekuatan makhluk lain atau kekuatan alam yang sangat besar untuk memindahkannya. Batu juga selalu diibaratkan seperti manusia yang tidak punya perasaan. 
Tapi saat ini, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa sesungguhnya Manusia Batu itu ada. Itulah dirimu! Hampir setahun kau berada di tengah-tengah kami, tapi tak ada yang berubah. Jika diibaratkan speedometer, kau tidak bergerak dari titik NOL. Segala upaya telah kami lakukan agar kau mampu berlari bersama kami, bahkan kami memperlambat laju lari, tapi kau tetap tidak bergerak. Tetap di posisi yang sama. Sangat sulit untuk tidak mempersalahkanmu, karena kami pun bukannya tidak berupaya. Kami disini untuk membantumu, tapi kalau kau saja tidak bisa mendorong dirimu sendiri, tidak mampu memotivasi diri untuk mencapai tujuan, rasanya mustahil kau bisa berlari bersama kami. 
Sudah saatnya kau merubah sifat malas, egois & sombong yang sepertinya tertanam dalam dirimu karena kau lahir dan besar dalam keluarga yang serba berkecukupan. Tapi sekarang kau berada di luar lingkungan yang membesarkanmu. Kau dikelilingi oleh berbagai karakter yang tidak kalah uniknya dengan dirimu. Yang tidak bisa menuruti semua keinginanmu. Jadi, mau tidak mau kau harus mampu beradaptasi. Sekarang bukan lagi waktunya mengharapkan orang lain untuk menyelesaikan apa yang menjadi tugas & tanggung jawabmu. Atau mempersalahkan orang lain jika sesuatu tidak berjalan dengan semestinya. Dan rasanya baik kau maupun seisi dunia ini tidak punya hak untuk menyombongkan diri ketika berjalan di muka bumi ALLAH SWT. Jadi, berhentilah bersikap sombong!! 
Mungkin keberadaanmu merupakan latihan kesabaran bagi orang-orang disekitarmu. Mungkin itu salah satu manfaat kehadiranmu. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya?? Entahlah, semoga saja kami bisa menemukan manfaat lain yang masih tersembunyi dalam dirimu. أمِينْ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينْ

Minggu, 13 November 2011

Rhythm of Paradise


Pertama kali dengar sewaktu berbelanja ole-ole di Krisna, salah satu pusat ole-ole di Bali, seminggu yang lalu. Tidak sia-sia rasanya saya membeli CD orisinil "Rhythim of Paradise" karya Gus Teja ini. Alunan musiknya benar-benar menenangkan. Gus Teja sendiri adalah salah seorang seniman musik muda usia yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptakan harmoni musik dari beberapa jenis alat musik yang terbuat dari bambu. Sebagian besar alat musik yang dimainkan dalam album ini adalah hasil karyanya.
Mendengarkan keseluruhan album "Rhythm of Paradise" ini soooo relaxing!


Kamis, 20 Oktober 2011

Aku Tidak Suka Pantai


Aku tak pernah menyukai pantai.
Panas, udara lembap yang lengket, silau (di siang hari), rasa perih di kulit akibat sunburn, dan biasanya sepulang dari pantai, kaki-ku terutama di sela jemari kaki menjadi gatal. Jadi sebenarnya aku tidak menyukai pantai bukan karena pantai itu sendiri melainkan karena ketidaknyamanan secara fisik yang aku rasakan. Tidak adil memang, tapi sungguh aku tidak pernah menyukai pantai.
Terkadang aku iri melihat orang-orang yang dengan senang hati melepas alas kaki dan menggulung ujung bawah celana atau sekedar mengangkat sedikit rok, lalu berjalan menyisir tepi pantai tanpa harus memikirkan kaki yang gatal sepulang dari pantai.
Aku tidak pernah bisa menikmati trip ke pantai. Seindah apapun pemandangannya. Sejernih apapun airnya. Seputih apapun pasirnya.Hamparan air yang begitu luas menimbulkan phobia tersendiri bagiku. Bisa jadi hal ini lebih disebabkan karena sampai hari ini aku belum bisa berenang, dan melihat air sebanyak itu membuatku merasa nowhere to run.
Aku tidak suka pantai. Meski aku lahir dan besar di daerah pesisir. Bahkan tempat tugasku saat ini termasuk kawasan pesisir barat pulau sulawesi. Meski aku sangat menikmati seafood.

Selasa, 11 Oktober 2011

Ori vs KW

Sis, ini KW berapa?
Sis, ini Ori atau KW?
Ini beneran Ori yaa, sis?
.....................
Pertanyaan-pertanyaan diatas sering sekali kita temui di akun Online Shopping (OS) yang tengah marak sekarang ini. Tak terhitung jumlah OS yang menawarkan barang-barang Branded tapi dengan harga super miring , yang tidak perlu dipertanyakan ke-orisinil-annya. Karena sudah pasti fake alias palsu alias KW.
Istilah KW alias Kwalitas, baru saya dengar pada akhir tahun 2009 ketika berkunjung ke Batam dalam rangka perjalanan dinas. Saat itu rombongan kami berbelanja di kawasan pertokoan yang menjual beragam tas dan parfum. Dalam hal ini harus saya akui, Batam pantas menjadi salah satu "surga belanja" di Indonesia.
Tingkatan KW pun berbeda-beda. Mulai dari KW Super Premium sampai dengan KW 2. Dengan kisaran harga yang berbeda cukup signifikan.
Entah mengapa, saya tidak pernah tertarik dengan barang KW, meski KW Super Premium sekalipun. Bagi saya, memakai barang fake sama saja dengan tidak menghargai hasil karya orang lain. Selain itu kualitas barang seperti ini biasanya jauh dibawah kualitas aslinya. Saya lebih memilih menggunakan barang dengan merk level "middle" tapi original dibandingkan dengan menggunakan barang "high-end branded" tapi KW.
Meskipun berada pada level middle dengan harga yang masih masuk akal, namun kualitas barangnya sudah pasti bagus karena original.
Tapi kembali lagi ke persoalan selera dari masing-masing orang. Silakan memilih, mau yang Ori atau KW. Monggoooo kersooooo.... hehehehehe

Minggu, 09 Oktober 2011

Serupa

Mereka begitu serupa. Tidak ada yang berbeda. Saling melengkapi. Saling mempengaruhi. Dan aku pun tersisih.
Mungkin karena waktu yang terlalu lama merekatkan hingga tak ada ruang yang tersisa bagi orang diluar mereka berdua. Aku hanya bisa menjadi penonton. Terkadang menjadi orang lain, bukan siapa-siapa.
Yang tua begitu melankolis dan yang muda begitu mendominasi. Mengarahkan. Mengambil keuntungan, serupa kaum oportunis. Demi kepentingannya.
Berpura-pura melindungi, berpura-pura menjadi pahlawan bagi yang tua. Yang tua melakukan apapun demi yang muda. Yang muda memasang kedok, karena tak ingin kebahagiaannya terenggut.
Aku, tidak boleh bahagia. Sebelum salah satu atau mereka berdua bahagia. Adil kah itu? atau hanya aku yang berpikiran betapa egoisnya pemikiran seperti itu.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Senang berjumpa denganmu!

Siang tadi akhirnya saya bertemu dengan salah seorang cyber-friend. Kami belum pernah bertemu sebelumnya. Usia kami terpaut jauh, namun menurut saya tidak ada sekat usia yang mengantarai kami. Saya seperti bertemu teman lama. Entah mengapa serasa de javu. Paras wajah dan suaranya sounds so familiar. Saya menyukai tulisan-tulisan di blognya. Seperti air, mengalir. Runut. Sistematis. Tidak seperti tulisan saya yang kacau balau. Tidak jelas alurnya. Mungkin karena dia sudah terbiasa menulis sejak dulu, terbukti dari postingan blog-nya sejak tahun 2005. Sedangkan saya sendiri baru mulai membuat blog akhir september tahun ini. Rasanya begitu berat untuk bisa memulai sebuah tulisan di blog ini. Sungguh berbeda ketika harus menulis opini atau artikel di Surat Kabar lokal seperti yang sering saya lakukan.
Teman baru saya ini adalah seorang ibu muda. Suaminya, yang juga adalah teman dari kepingan kenangan semasa kuliah dulu, dan sekarang tengah melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Ibu muda yang cantik dan bertubuh langsing ini datang ke resto fast food tempat kami janjian bersama dengan putrinya yang chubby-chubby berusia dua bulan. Sepanjang perjumpaan kami, putri kecil ini terlelap di pangkuan sang bunda. Lantunan suara michael buble meninabobokannya.
Tampak jelas sang bunda mencintai sekaligus mengagumi putri kecilnya dan punya persediaan rasa sayang yang berlimpah. Jadi meskipun sang Ayah berada jauh untuk sementara waktu, putri kecil mereka yang dinamai serupa dengan Dewi Pengetahuan, atas seizin Allah tidak akan kekurangan kasih sayang.
Iri?? Tentu saja... Tak tergambarkan betapa irinya saya. Hanya mampu melafazkan doa dalam hati, smoga Sang Pemilik Jiwa mengizinkan untuk dapat merasakan kebahagiaan menjadi seorang Ibu. Berharap perjalanan terjal yang tengah tertempuh bisa berakhir dalam derai air mata penuh bahagia. Berharap setiap perih yang terasa menjadi penambah rasa syukur atas sgala yang telah diberikanNYA.
Bertemu dengan dua orang perempuan itu membawa perasaan bahagia. Dan izinkan saya berucap "it's a pleasure to meet u!"

Kamis, 06 Oktober 2011

I Luv Traveling... Edisi Journey to OZ part 2 (long way to Adelaide)




Part 2 ini lebih banyak bercerita tentang perjalanan panjang dari Denpasar menuju Adelaide, tempat kakak saya.
Penerbangan ke OZ dari bandara internasional Ngurah Rai-Bali, biasanya dengan "Red-Eye flight" alias penerbangan tengah malam. Jadi jam penerbangan harus diperhatikan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya... wkwkwkwk.. karena tidak jarang ada yang ketinggalan pesawat karena salah menginterpretasikan jam penerbangannya.
Berhubung karena ini adalah perjalanan gretongan atas biaya kakak, jadi saya dan ibu saya harus menerima nasib menunggu di bandara selama berjam-jam untuk connecting flight. Tapi tidak seburuk yang saya bayangkan ternyata, malah cenderung sangat menyenangkan.

Baiklah, markimul ceritanya... 1..2..3..

Mom, menunggu
di lobby terminal Internasional
Ngurah Rai
Menunggu penerbangan internasional di bandara Ngurah Rai lumayan menyenangkan. Apalagi bagi para backpacker/flashpacker yang tidak membawa barang banyak seperti saya. Fasilitasnya cukup menunjang, malah menurut saya lebih bagus dibanding terminal internasional bandara Soetta (Jakarta). Di lobby luar ada semacam bale-bale ukuran besar yang bisa untuk selonjoran atau bahkan tidur-tiduran. Petugas imigrasinya meskipun sangat detail memeriksa satu persatu barang bawaan kami, tapi mereka cenderung lebih ramah dibandingkan petugas imigrasi Soetta :-(
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang sangat ketat, Alhamdulillah kami tidak menemui kesulitan. Mungkin karena sebelumnya kakak sudah memberi list barang bawaan yang diperbolehkan dalam penerbangan internasional (termasuk cara packing) dan barang apa saja yang diizinkan untuk masuk ke OZ. Pukul 10.30 pm, kami boarding.
Penerbangan menuju Darwin memakan waktu kurang lebih dua jam, dengan perbedaan waktu kurang lebih dua jam lebih cepat dibandingkan WITA. Penerbangan yang kami gunakan adalah JetStar, budget airline milik OZ. Mirip dengan AirAsia versi Malaysia. Dalam pesawat, 98% penumpang adalah bule, hanya kami berdua yang non-bule... hehehehehe... Tanpa bertanya pun, penumpang disebelah ibu saya sudah tahu bahwa kami berdua ini orang Indonesia (bertubuh pendek, kulit cokelat, idung irit, pake jilbab). Tapi perempuan Australia berusia separuh baya tersebut sangat ramah, apalagi setelah tahu bahwa ini adalah penerbangan luar negeri pertama bagi saya.
Ibu saya sedikit mengalami cultural shock karena penumpang disebelahnya tidak henti memesan vodka dan sepasang penumpang yang duduk tepat di bangku depan kami mulai kissing each other... hehehehe...

Pukul 1 am wita atau 3 am waktu Darwin, kami tiba di Darwin Airport. Meskipun tergolong kecil, namun bandara ini sangat nyaman. Hampir keseluruhan permukaan lantainya ditutupi karpet berwarna biru muda. Meskipun deg-degan karena untuk pertama kalinya berhadapan dengan petugas imigrasi asing, di OZ pula yg terkenal dengan logat khas-nya yang sulit dikenali dan rangkaian pemeriksaan yang cukup panjang karena melalui beberapa kali mesin pemindai, namun Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar jaya...
Setelah urusan ke-imigrasi-an selesai, kami lalu turun ke lantai dasar untuk check-in penerbangan selanjutnya ke Alice Springs. Tapi berhubung karena waktu masih menunjukkan pukul 4am, kami harus bersabar menunggu sampai counter maskapai penerbangan dibuka tepat pukul 6am. Sambil menunggu kami duduk-duduk di sofa yang sangat nyaman yang memang disiapkan untuk backpacker seperti kami. Calon penumpang yang lain juga tampak asik tidur atau sekedar duduk sambil mendengarkan musik dari iPod mereka.
Oia, sepertinya hampir di setiap bandara di OZ ini memiliki relawan, biasanya para pensiunan, yang siap memberikan informasi kepada para calon penumpang. Misalnya untuk lokasi toilet, counter maskapai penerbangan, lokasi vending machine, dan informasi lainnya.
Mom, @ Darwin Airport
Tepat pukul 6am, counter JetStar Airline dibuka. Saya bergegas untuk check-in. Setelah itu kami ke ruang tunggu di lantai 2. Serupa dengan lantai 1, ruang tunggu di lantai 2 ini sangat cozy. Lengkap dengan sofa-sofa besar yang membuat kami para backpacker tak perlu resah dan gelisah menunggu jadwal penerbangan yang cukup lama, karena kita bisa menunggu sambil tidur-tiduran di sofa tersebut.
Pukul 7.20am, kami boarding. Tepat pukul 7.45, heading to Alice Springs - Northern Territory.
Kami tiba di Alice Springs sekitar pukul 9.35 am. Cuaca disana lumayan panas dan sedikit lembap. Mungkin karena Northern Territory ini dikelilingi oleh gurun pasir.
Bandaranya lebih kecil dari Darwin Airport. Meskipun tidak ada sofa besar, tapi tidak kalah nyamannya. Karena harus menunggu lagi sekitar hampir 2 jam, kami menyempatkan diri untuk berbelanja pernak-pernik di toko souvenir yang ada diruang tunggu. Jadi belum genap 12 jam menjejakkan kaki di OZ, kami sudah menenteng barang belanjaan.. hufffhhh *cannotwatch*
Oia, disini untuk pertama kalinya saya melihat langsung bangsa pribumi Australia, suku Aborigin. Rasanya tidak terlalu asing, karena mereka mirip dengan saudara-saudara kita yang di Papua.
Pukul 11.15 am, pesawat Qantas yang kami tumpangi, take-off menuju Adelaide. Sepanjang penerbangan, rupanya pesawat yang kami tumpangi tersebut berada di ketinggian yang masih memungkinkan kami untuk melihat view Northern Territory yang terkenal karena gurun pasir-nya yang sangat luas. Hampir sepanjang penerbangan, yang dilihat adalah hamparan gurun pasir.
Setengah jam sebelum landing, setelah memasuki wilayah kota Adelaide, barulah kami melihat pemandangan yang berbeda. Deretan perumahan yang tertata rapi, gedung-gedung tinggi, dan jalan-jalan yang lurus simetris. Menandakan Dinas Tata Ruang dan Kimpraswil-nya ga makan gaji buta seperti di negeri kita... *irinyaaaaa*
Pukul 12.30 pm, setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya kami menjejakkan kaki di Adelaide. Bandar udaranya lumayan luas, kurang lebih 2 kali luas bandar udara Sultan Hasanuddin. Tapi jangan membayangkan bakal bertemu dengan porter barang, karena disini semuanya harus "do it yourself, Mr.Bean!"... wkwkwkwkw... No need to worry, trolley-nya melimpah ruah dan dalam kondisi sangadd bagus ga seperti di negeri kita yang kadang-kadang roda trolley-nya sudah ga berfungsi.
Keluar dari pintu bandara, kami disambut hawa panas yang menandakan summer is here....
And here we are, Adelaide...

Catatan menarik bagi saya sepanjang perjalanan dari Denpasar ke Adelaide :
Kita selalu merasa bahwa bangsa kita adalah bangsa yang ramah dan penuh toleransi. Kita menganggap bahwa orang asing utamanya para bule cenderung individualis.
Tapi lihatlah contoh kecil ketika di pesawat dari makassar menuju denpasar. Yang menawarkan diri untuk mengangkatkan travel bag kami ke atas bagasi kabin adalah seorang bule paruh baya yang duduk di baris sebelah. Bukan anak muda Makassar berbadan tinggi tegap yang berdiri tepat dibelakang kami.
Contoh lain, ketika hendak turun melalui escalator di bandara Adelaide. Karena kebanyakan tentengan, saya dan ibu jadi agak sedikit kesulitan karena masih harus menarik travel bag kami. Seorang bule cantik usia 30-an berpakaian sangad kereeenn yang berdiri di belakang kami menawarkan bantuan dengan sangat sopan. Bule cantik itu lalu membantu mengangkat travel bag ibu saya ke atas escalator dan membantu membukakan pintu keluar bandara...
See, dua contoh kecil ini jarang sekali dilakukan oleh bangsa kita sendiri.
Ada satu hal lagi yang patut diacungi jempol yakni kedisiplinan mereka untuk tidak mengaktifkan ponsel selama berada di dalam pesawat. Kebiasaan sebagian besar orang Indonesia, begitu pesawat telah landing yang ditandai dengan mendaratnya roda pesawat meskipun pesawat belum berhenti sempurna, bunyi klak-klik seat-belt dilepaskan dan ponsel diaktifkan mulai ramai terdengar. Serasa orang paling sibuk seduniaaaa... menyebalkannn.... huufffhhhhh
Yahhh, itulah kebiasaan buruk sebagian besar orang-orang di negeri kita ini....

Well, sekian dulu untuk part 2 ini. Next time disambung lagi yaaa.....

Selasa, 27 September 2011

Having Fun

Bagi sebagian orang, persoalan  having fun atau bersenang-senang tidak melulu harus dikaitkan dengan seberapa besar budget yang harus dikeluarkan. Tapi seberapa banyak "fun" yang bisa didapatkan dari kegiatan having fun itu sendiri.
Bentuknya pun beragam. Ada yang memilih having fun dalam bentuk dugem/clubbing, tapi tidak jarang beberapa orang diantara kita yang justru menemukan "feel" bersenang-senang di tempat yang jauh dari keramaian, seperti di gunung atau di pantai. Ada yang memilih bentuk lain mulai dari hanya sekedar "window shopping" atau bahkan "shop till they drop"... hehehehe... Pilihan fotografi beserta seluruh pernak-perniknya sebagai ajang bersenang-senang, tidak kalah banyak peminatnya.
Saya sendiri memilih travelling sebagai d best way on having fun. Berhubung karena saya belum termasuk dalam golongan "berkantong tebal", travelling dalam pengertian saya adalah jalan-jalan ala flashpacker/semi backpacker alias budget traveling alias tanpa menggunakan jasa agen perjalanan.... hehehehe... Tapi jujur saja, saya menyukai sensasi ketika hunting tiket murah terutama ketika akan travelling ke luar negeri. Bagaimana menghitung estimasi biaya selama perjalanan, mengatur connecting flight ke negara tujuan, booking hostel, mengatur itenerary, sampai mendownload peta lokasi tujuan, meskipun njlimet tapi saya menikmati keseluruhan prosesnya.
jalur MRT Spore
Pun ketika tiba di kota tujuan, saya sangat jarang menggunakan taxi. Saya selalu berusaha menggunakan bus atau MRT/subway/monorail. Selain ongkosnya yang lebih terjangkau, banyak pembelajaran yang bisa kita peroleh dengan menggunakan angkutan umum setempat. Termasuk bagaimana cara memesan tiket MRT melalui mesin tiket, membaca jalur MRT, membeli tiket bus terusan yang lebih hemat, dll.




@ Little India MRT Station
Darwin Airport








Suasana stasiun MRT Little India
jalur kereta menuju bandara Brisbane

I Luv Travelling, edisi Journey to OZ... part1

                                                              @ opera house, sydney...


Australia/Aussie/OZ/underworld country....
Negera terbesar keenam di dunia. Ukurannya hampir sama dengan 48 negara bagian di daratan AS, dan 50 persen lebih besar dari Eropa, tapi memiliki kepadatan penduduk terendah di dunia – hanya dua orang per kilometer persegi. Garis pantai Australia memiliki rentang hampir sepanjang 50.000 kilometer, dan terhubung dengan lebih dari 10.000 pantai, lebih banyak daripada negara mana pun di dunia. Daratan utama Australia merupakan pulau yang terbesar, dan merupakan benua terkecil sekaligus terdatar di dunia. 

woohoooo...
my very 1st time going abroad....
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, negara pertama di luar Indonesia yang saya kunjungi adalah Australia. Negara yang masih terbilang tetangga tapi dengan budaya yang jauuhh berbeda dengan negeri kita.
Acara jalan-jalan yang membawa berjuta pengalaman (lebay!)...

Passport
Berhubung karena buku kecil seukuran saku bernama Passport ini adalah dokumen utama yang menjadi persyaratan untuk ke luar negeri dan pemesanan tiket tujuan luar Indonesia membutuhkan nomor passport, maka Passport-lah yang pertama kali saya persiapkan. Alhamdulillah yaa, saya ditugaskan di Polewali yang punya kantor Imigrasi sendiri jadi ga perlu capek-capek mudik dan antri di kantor Imigrasi Makassar. Proses pengurusannya pun tidak memakan waktu lama dengan biaya administrasi yang relatif murah (240ribu rupiah) untuk ukuran dokumen yang akan menjadi identitas kita selama berada di luar negeri. Kelengkapan administrasi yang dibutuhkan berupa fotocopy KTP, Akte Kelahiran, Ijazah terakhir, Kartu Keluarga, Surat rekomendasi dari tempat kerja.

Tiket
Segera setelah passport ditangan, kakak saya sebagai penyandang dana utama langsung memesan tiket pesawat Denpasar-Darwin dan Sydney-Denpasar dengan maskapai penerbangan Jet-Star (the cheapest one).


Visa
Setelah passport dan tiket selesai, saya mulai mengurus Visa di Kedubes Australia yang ada di Jakarta. Karena aku disini dan kau disana...hehehe.. maksudnya saya di Polewali dan Kedubes Australia di Ibukota Jakarta, demi menghemat ongkos maka  pengurusannya via Tiki/JNE saja.
Pengurusan (bukan penggemukan) Visa Australia di Indonesia tidak diperbolehkan untuk dikirim langsung ke Kedubes tapi melalui agen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah Australia. Jadi jangan bayangkan seperti agen TKI yang ga jelas, agen resmi ini memiliki standar pelayanan yang teramat sangat jelas sekali dan besaran biaya yang dibutuhkan sesuai tujuan kunjungan sudah ditentukan dengan jelas (tanpa pungli!). Kita bisa memantau perkembangan proses pengajuan Visa melalui website resmi-nya.
Kelengkapan administrasinya berupa Passport asli yang masih berlaku minimal 6 bulan, application form yang bisa didownload dari official web Kedubes Australia, financial statement (copy buku tabungan 3 bulan terakhir), pas foto khusus Visa Australia, invitation letter. Karena tujuan saya ke Oz untuk mengunjungi kakak yang sedang kuliah disana maka invitation letter dibuat oleh Universitas Flinders tempat kakak saya kuliah dan financial statement-nya menggunakan akun kakak saya (thank God!).. hehehehehe... Oia, tanggal keberangkatan dan tanggal kepulangan juga harus dicantumkan dalam application form.

Jumat, 09 September 2011

I Luv KC Polewali!!






I Luv KC Polewali!!
Hanya terjadi di KC Polewali :
- Ulang tahun hampir tiap minggu, apalagi klo abis perjalanan dinas... oh Tuhan, jauhkan aku dari hantu traktiran yg ada di KC Polewali. Amiinn... *khusyu' berdoa*
- Ada itik buruk rupa... hahahaha...
- Ada yang suka mabok fanta... nyaris tewas gara-gara menenggak 2 botol Fanta ukuran 1,5 liter.... huuufffhhh..
- Ada panitia khusus buka puasa.. Mulai dari Bozz Ancha sebagai ketua panitia, Alink maniest sebagai penyandang dana, Keyboot chollong sebagai seksi masak nasi, sampe Dahrul + Topan sebagai seksi ke pasar, ada ngaseng.... eh, ada juga tauwwa Wances daeng Tayang sebagai seksi kasi' bersih meja...
- Ada sesi khusus nonton Shaun the Sheep...
- 90% penghuninya ana' muda kecuali Om Paul, rekan kita dari negeri di atas awan, Mamasa...
- walopun ana' muda jie penghuninya tapi berpredikat KINERJA TERBAIK se-Kantor Regional IX tahun 2010... tauwwaa... suiittt..suuiiittt... traktirrr ronkkkkk!! (omigod, now I'm d monster of traktiran)
Wokeh, demikianlah yang dapat saya sampekan pada sore hari yang cerah ceriahhh iniihh. Selanjutnya corong ini saya serahkan kepada MC.. *dengan aksen ala Bang Haji Rhoma Irama*
Sekian dan terima kasih...