Jumat, 08 Februari 2013

Surat untuk Bapak...



Bapak, tiba-tiba malam ini saya rindu sekali sama bapak. Saya ingin bercerita tentang air mata yang tidak henti mengalir. Tentang rasa sakit yang membuat dada saya sesak. Tentang semua hal yang tak mampu saya ungkapkan namun yakin Bapak mampu memahaminya.
Pak, akhirnya kami menyerah. Ya, saya dan dia menyerah. Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Pun kepada mereka yang sedari awal tidak ingin kami bersama. Mungkin ini yang terbaik bagi kami berdua. Maaf sudah membuat Bapak kecewa. Saya tahu Bapak akan selalu mendukung semua keputusan saya meski seluruh dunia menentang.
Bapak, sendiri disini dengan segala luka rasanya sungguh berat. Saya butuh pelukan hangat untuk sekedar menenangkan. Saya rindu kalimat penyejuk dari Bapak yang menyuruh saya bersabar ketika mereka mencaci.
Doakan saya, Pak.
Doakan agar semua ini menjadikan saya lebih kuat dan bukan menjadi hancur karenanya.


7 Februari 2013, 1.14 AM

Doa ku untuk senyum mu



Tak ada seorang pun tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kemarin kita masih berjalan bergandengan tangan menyisir hari. Masih bisa menggenggam tanganmu. Melihat kerut disudut matamu ketika kau tertawa. Atau rengut bibirmu ketika marah. Merasakan desiran hangat ketika kau kecup keningku tiap kali aku akan berangkat meninggalkanmu dengan menitipkan separuh jiwaku padamu.
Besok, kita akan berjalan sendiri. Tak ada lagi pelukan hangat yang menguatkanku ketika seluruh dunia menyalahkan pilihanku atas dirimu. Hidup sungguh ajaib. Setelah apa yang kita lalui. Tertatih memperjuangkan secuil kebahagiaan yang kita pikir milik kita. Ternyata bahagiamu bukan aku.
Tapi hidup akan terus berjalan, bukan?
Doaku untuk senyummu.

6 Februari 2013, 11.27 PM

Tak Akan Pernah Sama Lagi...




Akhirnya aku kehilanganmu. Sakit. Sesak. Terisak. Tak tahu harus bercerita pada siapa. Tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Mungkin inilah akhir kisah kita.
Tidak ada lagi "KITA". Yang ada hanya AKU. KAMU. Itu saja.
Tak ingin menghiba memintamu tetap berada disini. Itu bukan inginmu.
Akan kutemukan bahagia ku. Ku harap kau pun temukan bahagia mu.
Jejakmu masih tertinggal disini. Akan ku hapus sedikit demi sedikit. Setelah derai mengering. Lukanya akan sembuh. Tapi hatiku tak akan pernah sama lagi.


6 Februari 2013, 7.27 pm

Rabu, 06 Februari 2013

Kembali Padamu

Ku mohon air mataku, berhentilah mengalir. Meski perih masih mendera. Hatiku, aku tahu kau masih terluka, tapi bisa kah kau meminta mata untuk membendung aliran airnya? Bibirku, bisa kah kau berkata "Jangan bersedih, Alink" diantara rasa sakit yang tertinggal.
Diriku, kau pantas mendapatkan yang terbaik. Mari lupakan yang pernah menyakiti.
Maafkan.
Lepaskan.
Ikhlaskan.
Jika memang pantas menjadi milikmu,
Akan kembali padamu.

Selasa, 05 Februari 2013

Journey to Kuala Lumpur - Hong Kong - Macau - Shenzhen (catatan perjalanan yang tertunda). Part 2.

Minggu (13 Mei 2012), KL - Hong Kong

Pukul 07.20 pagi tepat pesawat kami meninggalkan LCCT menuju HK. Karena penerbangan ini memakan waktu 4 jam, sejak awal kami telah memesan meal tapi tentu saja di pesawat kami memesan beberapa menu tambahan ^_^. Alhamdulillah cuaca selama penerbangan sangat mendukung. Saya bahkan sempat tertidur sekitar 1 jam. Tepat pukul 11.30 kami mendarat di Hong Kong International Airport. Menurut saya, dari beberapa bandara yang pernah saya jejaki, bandar ini yang paling keren. Selain karena desain bangunannya yang luar biasa keren, bandara yang termasuk dalam 10 bandara tersibuk di dunia ini juga sangat luas dengan fasilitas umum yang sangat lengkap.





Begitu tiba di terminal kedatangan, kami harus naik beberapa lantai dan berjalan di koridor ber-AC yang dilapisi karpet cukup tebal. Koridor ini sangat panjang. Saya sempat melihat ada semacam MRT/kereta yang menghubungkan antar terminal. Belakangan baru saya tahu bahwa MRT/kereta tersebut berfungsi untuk penumpang yang akan transit atau penumpang yang akan berangkat. Begitu tiba di bagian imigrasi antrian tampak mengular, namun sangat rapi. Tampak seorang perempuan muda sibuk mengatur antrian dan mengarahkan visitor ke loket yang kosong. Prosesnya tidak terlalu rumit. Petugas imigrasinya pun cukup ramah. Setelah selesai kami masih harus berjalan cukup jauh ke tempat bagage claim. Idha dan Korie sempat singgah sebentar di toilet yang menurut saya kebersihannya sangat terjaga. Kami juga singgah di counter Octopus Card untuk membeli kartu serbaguna tersebut masing-masing satu orang satu. Kartu ini semacam kartu isi ulang yang dapat dipakai pada saat naik MRT, Bus, Ferry, ataupun berbelanja di 7-eleven.
Octopus Card
Selesai dengan urusan bagasi, saya mengecek ulang petunjuk dari Koh Awie (pemilik guesthouse). Menurut informasi beliau, sebelum pintu keluar, di sebelah kanan (dekat toilet dan Money Changer) ada telepon gratis khusus untuk panggilan lokal. Begitu menemukannya saya langsung menelepon Koh Awie, beliau lalu mengarahkan kami persis seperti yang beliau jelaskan dalam email sebelumnya. Bahkan dalam email tersebut beliau melengkapi alamat guesthouse-nya dalam aksara China sebagai antisipasi kalau-kalau kami kesasar dan harus bertanya kepada warga setempat. Oia, kami berkomunikasi dengan Koh Awie dan anaknya Chris dalam bahasa Indonesia ^_* belakangan kami tahu bahwa beliau adalah keturunan tionghoa yang lahir dan besar di surabaya. Tapi sekarang beliau sudah menjadi WN HK.
Kami lalu berjalan keluar gedung bandara dan menunggu di bus stop khusus untuk Bus Airport Cityflyer no A11. Setelah menunggu sekitar 20 menit, bus datang dan kami pun segera naik dan untuk pertama kalinya menggunakan Octopus Card kami. Waktu tempuh dari bandara HKIA yang terletak di Lantau Island (pulau paling luar HK) ke Causeway Bay di Hong Kong Island sekitar 1 jam 45 menit. Bus-nya sangat nyaman, bersih, AC-nya sejuk, koper dan barang-barang lainnya ditempatkan di sebuah rak khusus jadi tidak menghalangi penumpang lainnya. Meskipun ada petunjuk bahwa bus tersebut memiliki fasilitas wifi, tapi setelah dicoba dengan memakai BB dan iPhone, tidak dapat terkoneksi. Setelah tiba di bus stop no.14, kami pun turun. 
Sambil menunggu mbak Wati (karyawan Koh Awie yang akan datang menjemput) kami menikmati pemandangan sekeliling yang cukup mengejutkan karena sepanjang jalan dipenuhi oleh orang indonesia yang berbahasa Jawa. Idha kemudian teringat dalam beberapa referensi disebutkan bahwa pada saat weekend di kawasan Victoria Park - Causeway Bay dipenuhi oleh para TKW yang sedang menikmati libur akhir pekannya. Yang cukup membuat saya miris adalah dandanan mereka yang super ajaib. Rambut dicat warna-warni, pakaian dengan motif dan warna yang saling bertabrakan secara ekstrim, telinga-alis-hidung-bibir-lidah ditindik, perempuan berdandan laki-laki yang menggandeng mesra perempuan lain yang dandanannya lebih feminin. My Gosh, saya dikejutkan oleh perilaku bangsa sendiri di negeri orang! *cannotwatch*
Cukup lama kami menunggu kedatangan mbak Wati, akhirnya dia datang dan membawa kami ke guesthouse di Kingston Street yang rupanya hanya berjarak kira-kira 400 meter dari bus stop tadi. Bangunannya semacam flat yang berada tepat di jantung Causeway Bay. Diapit oleh 2 toko dengan brand terkenal Guess dan Adidas serta dikelilingi oleh toko lainnya (just named it!) yang beberapa hari kedepan akan menguras kantong kami. Posisi Guesthouse kami ini benar-benar menguntungkan, selain jaraknya dari stasiun MRT Causeway Bay yang hanya berkisar 300 meter, dari McD, warung Pak Chandra dan Chandra Mart pun hanya sekitar 400 meter saja. I could not ask for more!!
Kamar kami ada di lantai 9. Meskipun agak sempit (untuk berempat) tapi cukup nyaman. Ada AC, TV, kamar mandi dalam, dan yang paling penting ada koneksi wifi yang superb kencang... hehehehe... Di depan kamar ada dispenser untuk membuat kopi, teh atau mie instan. Tidak lama setelah kami tiba di kamar, Koh Awie datang lengkap dengan peta HK. Beliau dengan sabar mendengarkan itinerary kami, menjelaskan dan sedikit melakukan koreksi agar kami bisa ke tempat tujuan dengan mudah. Dan hasilnya adalah :
1. Hari Senin (14 Mei 2012) : Ngong Ping 360 dan Disneyland HK
2. Hari Selasa (15 Mei 2012) : Peak Tram, Sky Terrace, Madame Tussauds, dan Avenue of Stars
3. Hari Rabu (16 Mei 2012) : Macau (Fisherman's Wharf, Venetian Hotel dan Ruins of St Paul)
4. Hari Kamis (17 Mei 2012) : Shenzhen (Window of the World dan Splendid China)
5. Hari Jumat (18 Mei 2012) : Kow Loon dan Ladies Market
6. Hari Sabtu (19 Mei 2012) : off to KL
Beliau menawarkan pengurusan VOA group untuk Shenzhen dan kami langsung menerima penawaran tersebut. Karena kami agak malas harus berurusan dengan imigrasi China yang "konon" sedikit ribet. Mbak Wati juga ikut menawarkan simcard lokal yang harganya HKD45 gratis pulsa HKD30. Kami juga baru tahu ternyata penggunaan fasilitas BIS untuk BB di HK harus berlangganan setahun *tepokjidat*. Terpaksa kami cuma bbm-an pas lagi di kamar saja dengan fasilitas wifi. Selebihnya jika berada diluar menggunakan sms dan telepon.
Malam harinya kami keluar mencari makan malam, berhubung warung Pak Chandra ramainya minta ampun, terpaksa kami hanya membeli nasi ayam bungkus di Chandra Mart. Seporsi harganya HKD18. Kalau mau sedikit bervariasi dengan tambahan sayur atau lauk lainnya sekitar HKD30.
Kami sempat berjalan-jalan sebentar di seputaran Paterson Street sebagai pengenalan lokasi *halah!*. Setelah itu kembali ke kamar menikmati makan malam dan mempersiapkan diri untuk perjalanan esok hari.

Causeway Bay at nite


Catatan :
Guesthouse kami namanya Starline Guesthouse, flat A1, 9/F, Kingston Building Block A, Kingston Street No.2-4. Causeway Bay, HK.
Pemiliknya bernama Koh Awie (+85292557373), anaknya Chris (+85266018001). Tlp lokal 28904494/66018001
Biaya penginapan yang kami keluarkan : HKD700 x 6 malam = HKD4200. Setelah dibagi 4, biaya penginapan per orang selama 6 malam : HKD1050 atau Rp.1.260.000 dengan kurs HKD1 = IDR1200. Cukup murah menurut kami untuk ukuran HK.
Dari beberapa referensi yang saya baca, selain faktor harga, yang harus diperhatikan ketika memilih guesthouse/hostel di HK adalah sertifikat/license dari pemerintah HK. Sebab ada beberapa yang tidak memiliki license (gusethouse/hostel liar) yang keamanannya tidak terjamin.








I'm not a SHOPAHOLIC!


Yeah, rite!!
I'm not A Shopaholic, but sometimes I just need A Retail Therapy... hahahaha...
Mulai dari sepatu, sandal, tas, dompet, jam tangan, sampai dengan gadget terbaru. Harus ku akui, cobaan terberat dalam hidupku adalah ketika melihat barang bagus nan lutjuuu. Ada yang menganggap itu sebagai pola hidup Hedonis, atau konsumtif atau apalah namanya. Tapi bagiku, ada kesenangan yang tak terperi #eeaaa ketika aku bisa berbelanja dengan uang hasil jerih payah sendiri. Tanpa harus menodong mama atau papa.
Dan meskipun memiliki tiga buah credit card *jiiieee*, tapi aku lebih suka melakukan transaksi cash/transfer. Kecuali untuk transaksi yang benar-benar mengharuskan pembayaran dengan menggunakan credit card, misalnya untuk ticketing atau reservasi hotel. Aku tidak menyukai saat-saat dimana aku harus membayar tagihan credit card, rasanya berraaattt sekaliiiii.... Tidak ikhlas, sungguh! hehehehe...
Sejak bertugas di Polewali yang jauuuhhh dari Makassar, metode belanja ku pun berubah dari yang biasanya direct menjadi indirect alias via Online Shop (OS). Saking seringnya online shopping aku sekarang punya OS langganan untuk barang dan merk tertentu. Misalnya, untuk sepatu/sandal/tas merk A aku pesan di OS X, untuk merk B pesan di OS Y. Rasanya pengen cium tangan ke penemu OS inihh, karena berkat jasanya duniaku yang dulu gelap gulita sekarang menjadi terang benderang sejak kehadiran OS... bwahahahaha...

Jadi, skali lagi saya tegaskan I'm not A Shopaholic, I'm just really into stimulating the economy!!