Kamis, 01 Desember 2011
Cita-Cita Tak Setinggi Langit
Aku sudah lupa, waktu kecil dulu pernah bercita-cita menjadi apa. Jangan-jangan dulu aku tidak punya cita-cita... Hehehehe...
Cita-cita normatif seorang anak kecil hanya berkisar pada beberapa profesi saja, yaitu Dokter, Pilot, Guru, Arsitek, Artis/Foto Model/Penyanyi. Aku belum pernah mendengar seorang anak kecil ingin menjadi Karyawan Perusahaan Asuransi. Mungkin terlalu ribet bagi mereka. Jadi cukuplah dengan cita-cita yang dicekoki oleh orang tua mereka.
Aku tidak pernah memilih sebuah profesi tertentu untuk menjadi cita-citaku. Yang aku tahu, aku ingin menjadi orang yang sukses, bisa membahagiakan diriku, orang tuaku dan orang-orang disekelilingku.
Pilihan masuk fakultas aku putuskan hanya karena intuisi ku mengatakan bahwa aku harus memilih fakultas tersebut. Ketika memasukkan lamaran pekerjaan ke tempatku bekerja sekarang pun hanya karena rasa solidaritas diantara teman-teman yang ketika itu telah terlebih dahulu memasukkan lamaran. Atas kemurahan ALLAH SWT, diantara teman-teman yang lain hanya aku dan salah seorang teman yang lulus dan diterima bekerja.
Mungkin bagi orang lain, tidak punya cita-cita berarti tidak punya tujuan hidup. Tapi, heyy.. bukan kah tujuan hidup kita yang sebenarnya adalah ingin hidup bahagia dunia dan akhirat?? Yang membedakannya hanyalah cara kita mencapai kebahagiaan tersebut. Ini lah yang bagiku sebagai sebuah cita-cita...*Apologi I*
Menurutku, cita-cita bisa saja berubah seiring perjalanan hidup yang kita lalui. Hari ini mungkin aku bercita-cita menjadi "A", ditengah perjalanan ternyata banyak hal yang dalam pertimbanganku tidak sesuai maka cita-cita aku ubah menjadi "B". Selama tujuan akhir bisa tercapai, no problemos! *Apologi II*
Dengan posisiku saat ini di tempat kerja, dengan berbagai upaya yang aku lakukan untuk mengembangkan kompetensi diri sesuai dengan bidang tugas, aku mempunyai cita-cita menjadi seorang Ahli Asuransi Kesehatan. Aku ingin ketika orang-orang berbicara mengenai Asuransi Kesehatan, mereka akan mengingat aku sebagai "sang spesialis". Mungkin cita-citaku ini tak setinggi langit, tapi setidaknya aku bahagia ketika memikirkannya. Dan lazimnya, indikator seseorang dikatakan bahagia adalah ketika dia tersenyum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar