Bersama Mamak di taman depan Blue Mosque, Istanbul - Turkey |
Salah satu cita-cita terbesar saya adalah mewujudkan keinginan Mamak untuk menjejakkan kaki ke beberapa tempat yang sejak lama beliau impikan. Salah satu impian beliau adalah ingin sholat di Masjid Biru (Blue Mosque)- Istanbul Turki.
Berawal dari sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta yang pada bulan Ramadhan tahun 2013 menayangkan liputan mengenai masa kejayaan kerajaan Islam di Turki, Mamak kemudian bercita-cita suatu saat ingin sholat di dalam Masjid Biru yang terletak di Istanbul-Turki. Keinginan beliau disampaikan tepat ketika saya sedang mencoba menyusun rencana liburan tahun 2014. Meskipun terdengar mustahil mengingat harga tiket pesawat yang sangat mahal, tapi saya mulai mencoba mencari informasi mengenai Turki. Ketika keinginan tersebut saya sampaikan ke travelmate saya, Idha, dia pun menyambut dengan antusias karena ternyata sudah sejak lama dia ingin traveling ke negeri Muhammad Al Fatih tersebut. Akhirnya setelah melalui beberapa pertimbangan termasuk pengajuan izin cuti ke atasan langsung, kami memutuskan tanggal keberangkatan 23 Mei - 1 Juni 2014.
Kami pun mulai berbagi tugas. Seperti biasa saya kebagian tugas hunting tiket mulai dari tiket pesawat hingga tiket bus, booking penginapan, dan menghitung budget selama perjalanan. Idha kebagian tugas menyusun itinerary dan mencari informasi selengkap-lengkapnya mengenai Turki. Mulai dari moda transportasi antar kota, tempat-tempat yang wajib dikunjungi, hingga kuliner lokal yang sesuai budget kami.
Kendala utama yang kami temui adalah mahalnya harga tiket mengingat penerbangan ke Turki semuanya full service (Qatar/Saudi/Emirates/Turkish). Beberapa teman di komunitas Backpacker Dunia yang sudah membooking tiket jauh-jauh hari sebelumnya beruntung karena berhasil mendapatkan tiket promo dengan kisaran harga 5 juta rupiah (return). Setelah cek dan ricek ke beberapa maskapai penerbangan, ternyata harga terendah Kuala Lumpur - Istanbul (return) sekitar 8,9 juta rupiah dengan maskapai penerbangan Qatar Airways, sedangkan untuk Makassar - Kuala Lumpur (return, termasuk bagasi 30 kg dan makan selama di pesawat) pada harga 2,1 juta rupiah. Jadi total untuk tiket pesawat Makassar - Kuala Lumpur - Istanbul (return) kurang lebih 11 juta rupiah... *cek saldo tabungan*. Tiket KL - IST kami beli melalui Vaya Anta Tour karena limit kartu kredit yang kami miliki tidak mencukupi. Sedangkan tiket UPG - KL kami beli online lewat website AirAsia.
Kendala yang kedua adalah kartu kredit kami (Bank Mandiri dan Bank BRI) tidak bisa digunakan untuk membooking penerbangan domestik selama di Turki (belakangan kami tahu juga kalau kartu kredit kami tersebut sama sekali tidak bisa digunakan untuk bertransaksi selama di Turki). Hal ini tentu saja menyulitkan kami apalagi mengingat jarak antar kota di Turki yang berjauhan. Jarak tempuh antar kota rata-rata diatas 4 jam bahkan ada yang sampai 10 jam perjalanan. Mau tidak mau kami harus mengubah itinerary dengan memperhitungkan lama perjalanan dengan menggunakan Bus. Informasi yang kami dapatkan melalui beberapa blog bahwa bus antar kota di Turki sangat nyaman dilengkapi dengan fasilitas wifi dan juga disediakan snack. Lamanya perjalanan kami siasati untuk menghemat biaya penginapan dengan pertimbangan untuk perpindahan antar kota yang waktu tempuhnya diatas 8 jam, kami akan mengambil jadwal keberangkatan bus paling akhir sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Dengan begitu kami bisa mengurangi biaya penginapan satu malam... hehehehe..
Kendala yang ketiga adalah Money Changer di Makassar tidak punya stock TL (Turkey Lira). Akhirnya kami hanya menukarkan USD dan Euro. Informasi dari beberapa orang teman yang sudah pernah ke Turki, kami bisa menukarkan USD/Euro pada money changer yang ada di terminal kedatangan bandara di Istanbul. FYI, mata uang Euro juga berlaku di Turki mengingat negara ini terletak di dua benua yaitu benua Asia dan benua Eropa.
Selama di Turki kami akan menginap di dua kota yakni Selcuk dan Istanbul. Melalui booking.com kami menjatuhkan pilihan penginapan Tuncay Pension (Selcuk) dengan tarif untuk triple room kurang lebih 200ribu/orang/malam dan Preferred Hotel Old City (Istanbul) dengan tarif triple room 300ribu/orang/malam. Tarif yang cukup bersahabat bagi kantong kami sebagai budget traveler.
Selesai dengan urusan tiket pesawat dan penginapan, kami kemudian membuat e-Visa. Turki memang salah satu negara yang memberlakukan e-Visa bagi pemegang paspor Indonesia. Prosesnya tidak terlalu rumit, cukup masuk ke website resmi www.evisa.gov.tr dengan biaya USD25. e-Visa akan dikirim melalui email yang kita cantumkan pada saat registrasi. Print out e-Visa harus diperlihatkan kepada petugas imigrasi di bandara Turki.
Let The Journey Begin....
Makassar - Kuala Lumpur
23 Mei 2014
Perjalanan kali ini, kami (saya, Mamak dan Idha) memutuskan untuk menggunakan koper. Biar agak keren dikit katanya... hahahaha... Seperti biasa AirAsia tujuan UPG-KL berangkat tepat pukul 17.45 wita dan tiba di bandara KLIA2 pukul 21.15 waktu setempat. Bandara KLIA2 ini resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 2014 setelah sebelumnya seluruh penerbangan Low Cost Carrier menggunakan bandara LCCT. Jadi wajar saja meskipun sudah berkali-kali ke KL.. cieehhh.. kami cukup kebingungan. Apalagi KLIA2 ini berkali-kali lipat lebih luas dibandingkan LCCT. Kesempatan ini juga kami gunakan untuk mencari informasi tempat shuttle bus menuju KLIA karena besok penerbangan kami dengan menggunakan Qatar Airways via KLIA.
Shuttle Bus KLIA2 to KLIA, Gate A8 |
Setelah check in di Tune Hotels KLIA2 yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari terminal kedatangan, kami langsung mencari makan malam. Setelah cukup lama berkeliling di sekitaran foodcourt KLIA2 pilihan makan malam kami ada di Shihlin Taiwan Street Snack yang 100% Halal. Setelah itu kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Mamak dengan menu makan malamnya di Shihlin Taiwan Street Snack, KLIA2 |
Kuala Lumpur - Doha - Istanbul
24 Mei 2014
Tepat pukul 05.00 setelah shalat subuh, kami meninggalkan hotel menuju ke basement KLIA2 untuk mengambil shuttle bus. Tidak perlu menunggu terlalu lama, shuttle bus pun berangkat ke KLIA. Fasilitas shuttle bus ini tidak dipungut biaya alias gratis. Waktu tempuhnya kurang lebih 20-30 menit.
Karena ini untuk pertama kalinya kami menggunakan KLIA, kami mengandalkan fasilitas mulut untuk bertanya.. hehehe.. akhirnya kami bisa tiba juga di counter Qatar Airways untuk check in. Dan rupanya dari tempat check in kami harus naik kereta yang memang sudah disiapkan untuk menuju waiting room. Karena lapar, kami membeli chicken sandwich di Lawson yang ada di waiting room. Pukul 08.45 kami boarding dan tepat pukul 09.00 we're heading to Istanbul via Doha... Yippiiieee....
Mungkin terdengar udik karena tiap kali traveling ke luar negeri menggunakan maskapai penerbangan Low Cost (kecuali pada saat Umroh).. hihihihi... sepanjang penerbangan 7 jam KL - Doha kami tak hentinya disuguhi berbagai macam makanan. Mulai dari yang berat hingga yang ringan. Bahkan untuk makanan utama kami diberi pilihan melalui buku menu. Perut rasanya full sekali. Alhamdulillah. Transit di Doha hanya sekitar 2 jam, kami menyempatkan diri untuk sholat Dhuhur. Mushollah yang ada di waiting room lumayan bagus, karpetnya tebal, ber-AC dan mukenanya bersih. Pukul 14.00 kami melanjutkan penerbangan Doha - Istanbul kurang lebih 4 jam dan tentu saja masih disuguhi beragam makanan dan minuman
Pilihan Main Meal Qatar Airways |
Main Meal Qatar Airways KUL-DOH |
Main Meal Qatar Airways DOH-IST |
Setelah melalui perjalanan selama 14 jam termasuk transit, pukul 18.15 kami tiba di bandara Attaturk Istanbul. Antrian imigrasinya luar biasa panjaaaangg.. Meskipun begitu cukup lancar. Kurang lebih sekitar satu jam kami bertiga sudah mendapat cap kedatangan di paspor kami. Sebelum keluar dari bandara kami ke money changer untuk menukarkan uang. Setelah itu kami menuju ke mesin penukaran koin yang akan digunakan untuk naik kereta ke Terminal Bus Bayrampasa. Mesin ini cukup membingungkan, tapi orang baik selalu ada dimana-mana, ada seorang Bapak yang mungkin karena melihat kami kebingungan dengan mesin yang menggunakan bahasa Turki tanpa petunjuk bahasa Inggris sama sekali, akhirnya menunjukkan kami bagaimana cara menggunakannya. Di hari-hari berikutnya ketika akan naik kereta kami sudah cukup ahli menggunakan mesin penukar koin tersebut... hehehehe...
Dari bandara Attaturk ke Terminal Bus Bayrampasa sekitar satu jam. Karena Turki pada saat itu mulai memasuki awal musim panas, sehingga ketika kami tiba di Terminal Bus pukul 19.00 malam masih terang benderang. Hal ini cukup membantu kami untuk menemukan perwakilan Bus Metro yang akan kami gunakan menuju ke Selcuk. Meskipun kami sempat berkeliling tak tentu arah sebab ternyata di Terminal Bus Bayrampasa ada begitu banyak pilihan bus. Akhirnya kami memutuskan menuju ke perwakilan Bus Metro yang terlihat paling besar. Kami membeli tiket tujuan Selcuk untuk keberangkatan pukul 21.30, jadi masih punya waktu untuk sholat maghrib dan isya di mushollah yang terletak di lantai 2 perwakilan bus tersebut serta makan malam dengan roti yang dibagikan di pesawat tapi belum sempat kami habiskan saking kenyangnya.
Tiket Bus Metro tujuan Selcuk, harga TL65 |
Bus berangkat tepat pukul 21.30. Awak bus sangat helpfull. Koper-koper kami diatur dengan rapi di bagasi bawah dan diberi tanda dengan nomer kursi kami masing-masing. Bus-nya sangat nyaman, ber-AC, free wifi, snack disiapkan dua kali sepanjang perjalanan dan pramugara bus-nya khas cowok Turki yaitu cakeeeppp... hahahahah... dan jangan membayangkan Mas Pramugara mirip awak bus kita di indonesia yang hanya pake t-shirt dan jeans saja. Di Turki, sopir bus dan pramugaranya pakai jas lengkap dan wangiiiii... Oia, jenis minumannya pun bisa dipilih mulai dari jus hingga teh/kopi, yang tidak boleh adalah memilih mas pramugaranya untuk duduk disebelah kita... wkwkwkwkw...
Snack I yang disiapkan Metro Bus |
Snack II yang disiapkan Metro Bus |
Saya sengaja memilih minuman dingin karena biasanya minum teh membuat saya ingin pipis. Mamak dan Idha memilih minum kopi. Bus sempat singgah di beberapa perwakilan sepanjang perjalanan menuju Selcuk. Tepat pukul 12.00 malam, bus kami masuk ke fery yang akan menyeberangi selat Bosphorus selama kurang lebih 1 jam. Penumpang bisa turun dari bus untuk melihat pemandangan malam hari. Tapi malam itu cukup dingin sekitar 10 derajat celcius ditambah dengan gerimis dan angin laut sehingga sebagian besar penumpang memilih untuk tidur di bus. Saya dan Mamak terpaksa turun dari bus dan mencari toilet gara-gara kebelet ingin pipis. setelah dari toilet kami kembali ke bus dan melanjutkan tidur. Tepat pukul 6 pagi kami tiba di Selcuk. Saya, Mamak, Idha dan satu orang traveler lainnya diturunkan di depan Selcuk Otogar.
Selcuk, Izmir
25 Mei 2014
Pukul 6 pagi awal musim panas di Turkey meski matahari sudah terang benderang tetapi belum ada aktivitas penduduk sama sekali. Pintu-pintu rumah masih tertutup rapat. Kami sempat didatangi oleh beberapa orang laki-laki paruh baya (yang berwajah khas Turki, cakeepppp... hahahaha) yang menawarkan penginapan. Salah satunya mengaku sebagai pemilik Tuncay Pension, penginapan yang kami booking. Tetapi karena Turkey terkenal akan scam-nya sehingga kami dengan tegas menolak tawaran dari mereka.
Kami sama sekali tidak ada gambaran akan mencari kemana sehingga sepagi itu kami harus keliling menggeret koper hanya dengan berbekal print out bookingan penginapan dengan alamat yang kurang jelas. Setiap kali bertanya ke penduduk lokal, mereka hanya menggeleng. Kontur tanah di Selcuk yang berbukit-bukit cukup menyulitkan untuk mencari alamat. Akhirnya informasi dimana persisnya alamat Tuncay Pension kami peroleh dari seorang kakek yang kami jumpai di jalan. Dan ternyataaa.. hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari Halte Bus tempat kami turun... wkwkwkw...Begitu tiba di penginapan, kami belum bisa check in. Mungkin karena melihat wajah lelah kami, akhirnya staf hotel berinisiatif menelepon pemilik hotel dan kami diizinkan untuk early check in tanpa biaya tambahan.. Yippiiieee... Kamarnya berada di lantai 3, sangat bersih dengan kamar mandi di dalam. Setelah mandi dan berganti pakaian, kami diajak untuk sarapan. Tidak lama kemudian pemilik hotel datang, daaannnnn... ternyataaa.. pemilik hotelnya adalah bapak yang tadi mengaku sebagai pemilik hotel Tuncay Pension yang tawarannya kami tolak mentah-mentah tadi... hahahahaha.. malunya sampai ke ubun-ubun... Bapak tadi hanya tertawa saja mengingat kejadian lucu tersebut dan sama sekali tidak marah. Malah kami diberi diskon TL15 begitu tahu bahwa kami traveling bersama Mamak. Alhamdulillah, rejeki anak sholeh...
Setelah sarapan, bapak pemilik hotel memberikan informasi tempat-tempat yang wajib dikunjungi. Termasuk enterance fee dan how to get there.
Tuncay Pension - Selcuk. How to get there : Keluar dari Selcuk Otogar (Terminal Bus Selcuk), belok kanan. Jalan kaki sekitar 7 menit. |
Triple Room yang kami pilih, terdiri dari 3 tempat tidur single. |
Fasilitas kamar mandi di dalam |
Free Breakfast dengan menu yang didominasi oleh buah-buahan, mungkin itulah mengapa kulit orang-orang Turki bikin iri to the max, aseli licin dan mengkilap... |
To be continued...